Banjarnegara? Sepertinya masih banyak orang yang cukup asing dengan nama Banjarnegara. Banjarnegara merupakan sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Posisinya berbatasan dengan Wonosobo, Kebumen, Pekalongan, Serta Banyumas. Kabupaten ini memiliki wisata unggulan yaitu Dieng. Selain Dieng, Banjarnegara juga menyimpan salah satu daya tarik lain. Kerajinan dari bambu merupakan salah satu contoh daya tarik Banjarnegara dari segi kerajinan tangannya. Sentra kerajinan bambu ini berada di kecamatan Mandiraja kabupaten Banjarnegara. Cara membuat kerajinan dari barang bekas yang diproduksi oleh warga sekitar ialah Ibu-ibu rumah tangga biasa meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk membuat kerajinan maupun perkakas dapur dari bambu. Salah satu kerajinan yang biasa dibuat adalah tudung saji. Ibu-ibu disana terbiasa membuat tudung saji kualitas tinggi. Kerajinan Bambu Bambu merupakan bahan yang mudah ditemui. Salah satu jenis bambu yang biasa digunakan warga adalah bambu wulung. Bambu ini dipilih karena dianggap memiliki kualitas yang bagus dan mudah dibuat. Warga biasa membeli bambu dengan harga Rp. 17.000/batang. Sebelum proses pembuatan, bambu biasanya direndam terlebih dahulu. Bambu direndam dalam air agar lebih lentur dan tahan lama. Bambu yang sudah direndam juga tahan serangan hewan pengerat. Kerajinan jadi tahan lama dan tetap awet dalam waktu yang lama. Hasil kerajinan berupa tudung saji biasa dijual dengan harga Rp. 18.000,-. Warga biasanya mampu membuat maksimal 30 tudung saji dalam sehari. Jumlah yang cukup banyak sebenanya. Warga kemudian menjual hasil kerajinan mereka pada tengkulak atau dijual di pasar. Pasar Tiban merupakan pasar khsusus yang menjual kerajinan dari bambu. Disana kita bisa menjumpai beberapa kerajinan warga yang berasal dari bambu. Harga yang ditawarkan juga relatif murah. Untuk permintaan, kerajinan yang dibuat pernah menerima permintaan dari kalimantan serta Sulawesi. Dari segi permintaan, kerajinan warga cukup banyak peminat. Sayangnya, warga tidak memiliki kemampuan menaikkan harga jual. Mereka hanya nurut dengan harga yang diberikan oleh tengkulak. Alhasil, para pengrajin tidak mampu keluar dari jeratan kemiskinan. Hasil besar justru didapatkan oleh para tengkulak. Hal ini tentu menimbulkan keprihatinan bersama. Keprihatinan terhadap para pengrajin yang sebenarnya adalah ujung tombak. Tanpa mereka tentu berbagai barang kerajinan yang terbuat dari bambu tidak dapat diproduksi. Apabila terjadi hal demikian para tengkulak pasti akan kehilangan penghasilan. Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian bersama. Harus ada kerjasama antara tengkulak dan para pengrajin. Kerjasama yang baik tentu akan mensejahterakan kedua belah pihak. Tengkulak biasanya membeli dengan harga murah dan menjualnya dengan harga tinggi. Permintaan kerajinan meningkat pada musim kemarau. Pada musim kemarau permintaan meningkat tetapi harga beli tetap sama. Hanya tengkulak yang menaikkan harga pada konsumennya. Tengkulak membeli barang dalam jumlah banyak di musim penghujan. Kemudian mereka akan menampung kerajinan tersebut untuk dijual pada musim kemarau. Cara-cara ini seharusnya bisa dipraktekkan oleh para pengrajin. Sayangnya, tuntutan kebutuhan membuat mereka harus menjual barang dengan cepat. Barang cepat dijual agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya tarik kerajinan bambu sebenarnya tinggi. Hal ini diharapkan mampu menambah penghasilan dan menarik wisatawan dari luar daerah. Semoga nasib baik menghampiri para pengrajin. Pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu bersinergi memanfaatkan peluang demi tercapainya ekonomi yang lebih baik lagi. Demikian artikel mengenai kerajinan bambu banjarnegara yang cukup bagus dan berkualitas.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |